Friday, February 2, 2018

Ukiran hasrat-hasrat ku dilangit, kini menjadi hujan (Part 2)



2006.

Masihkah kau ingat tentang kepayahan dan kerumitan bagi kita mencari cara untuk berhubung? Zaman itu, teknologi tidak sehebat masa kini. Tiada aplikasi Whatsapp atau jaringan internet yang luas dan mudah seperti sekarang. Lagipula dahulu, kita masih bergelar pelajar, dan segalanya perlukan wang. Wang yang kita ada hanyalah wang perbelanjaan sekolah dan kita hanya menabung melalui wang itu sahaja.

Ummi dan abah pula tidak mengizinkan aku untuk berhubung dengan mana-mana lelaki. Telefon bimbit juga tidak diberi pada anak-anak mereka yang remaja, apa lagi yang masih kanak-kanak. Begitu juga kamu. yang tidak punya telefon bimbit. Kita hanya mampu berhubung lewat telefon rumah, tapi tidak boleh berlama-lama, khawatir mencurigakan. Zaman itu, rata-rata anak muda menggunakan Yahoo Messenger (YM) untuk berhubung melalui cara Instant Messaging menggunakan device yang ada jaringan internet padanya sahaja. Maka itu sahaja caranya kita berhubung. Namun, orang tuanya kamu pula tidak membenarkan kamu melayari internet sesuka hati dengan terlalu lama.

Jadinya, pada tiap pagi Sabtu atau Ahad, akan kau kayuhkan basikal biru mu untuk ke cyber cafe hanya untuk mengirim sepucuk surat buat ku melalui Email, dan sekiranya ada waktu dan wang yang lebih, kamu akan menegur ku di YM untuk kita berbicara dalam satu atau dua jam.

Dan aku dirumah, tiap sabtu atau ahad, tepat jam 9 pagi lagi sudah setia menunggu dihadapan desktop, panasaran menunggu kiriman Email dari mu. I still remember the way my heart fluttered every time I saw your name in my inbox. Seperti rindu yang telah lama membungkam, akhirnya gugur membasahkan gersang hati, dan belum sempat ianya terhenti, rindu yang baru mekar kembali.

Di sekolah pula bicara kita dalam rahsia. Hanya mampu mencuri pandang di tapak perhimpunan atau perpustakaan sekolah. Kamu akan mengira-ngira waktu untuk mengayuh basikal dari rumah mu, agar kita dapat saling membalas senyuman sewaktu memasuki pagar sekolah, setiap pagi. Itu sahaja sudah cukup membahagiakan.

----

Jumaat itu, aku berdiri di bawah pohon teduh. Menanti kelibat kak ngah untuk pulang bersamanya. Pandangan ku hanya ke bawah, melihat tanah yang setia manadah terik matahari. Lalu bayang-bayang mu hadir meredupkan. Kaget, aku mengangkat wajah ku ke atas. Kamu tersenyum dan turun dari basikal biru mu. Sepasang kaki mu menjejak tanah dan perlahan berjalan ke arah ku. Serentak aku tersenyum. Malu mungkin. Bahagia juga. Kala itu, kamu berdiri dihadapan ku, dan semesta menyaksikan perasaan ku yang telah sungguh-- jatuh cinta.


I really like this guy, I really do 



Tuesday, January 16, 2018

Ukiran hasrat-hasrat ku dilangit, kini menjadi hujan (Part 1)










I write this slowly. Seperti perlahannya waktu saat menanti dirimu yang hilang, datang kembali.
Karena aku hanya ingin menulis dengan seluruh perasaan ku yang terserak. yang harus ku cari dari tiap nafasku yang terpendam hingga pada mimpi-mimpiku yang samar. Untuk ditatap dan diselami satu demi satu darinya. Maka bersabarlah pada tiap baris kata ku yang sunyi dan perlahan..

2004.

Melalui jalan semak samun ke sekolah selalu meresahkan. Tambah pula ada sosok lelaki yang tidak dikenali turut berjalan dibelakangku. Bertambah bingit pula resah ku. Langkah kaki dilajukan, sehingga hampir di penghujung jalan, aku terlihat kamu yang turut berjalan ke sekolah, berpakaian kemeja sukan biru. 'Budak sekolah juga. Kelihatan skema. Tentu tidak membahayakan', bisikku lagi. Perlahan resahku hilang, tidak setampil diriku yang sibuk memanjangkan langkah ku untuk mengejar langkah mu yang laju agar aku tidak ketinggalan dibelakang sendirian. Mungkin kamu merasakan aku menjengkelkan lalu kamu menjeling sedikit kebelakang. Aku cemas, 'ah sudah, dia perasan aku ikut dia ke'. Serentak aku berjalan lebih laju meninggalkan mu pula dibelakang. Lega.

Murid sesi petang (tingkatan satu dan dua) dipanggil untuk ke tapak perhimpunan. Perlahan dan bermalas malasan aku dan teman-teman mengangkat beg serta buku, Longlai langkah kaki ku terhenti. Sekali lagi aku terlihat kamu, kini berpakaian seragam sekolah krim dan coklat. 'Oh, pengawas rupayanya'. I wanted to thank you. But for what? Berlalu saja.

Januari itu, tidak aku sadari tentang bagaimana kisah kita yang tertulis di langit, sudah mula terlerai jatuh membumi. Tentang bagaimana kita saling menemukan, lalu jatuh hati.









Pictures by Udyhajianur
Wedding Hall and Dais by Veillaris



Monday, January 15, 2018

Sewaktu aku Menunggu








بسم الله الرحمن الرحيم









"Bila yang akan kamu tunggu itu sesuatu yang berharga, maka tunggulah. Karena mungkin tidak akan ada lagi yang demikian. Karena menuggu itu pun tidak untuk selamanya kan? Tidak akan menghabiskan seluruh hidupmu kan?

Bila yang kamu tunggu itu adalah sesuatu yang benar-benar membuat hidupmu akan menjadi lebih baik, maka tunggulah. Meskipun orang lain kehabisan sabar terhadap kesabaranmu, biarkan saja. Karena kamu lebih tahu tentang dirimu sendiri dan sesuatu yang sedang kamu tunggu itu. Kamu mungkin bisa mendapatkan pengganti yang lebih cepat, tapi menuggu akan membuat sesuatu menjadi semakin berharga." _Masgun

Pernah ada yang bertanya padaku, Jika suatu hari nanti, sedang engkau menunggu, lalu datangnya sesuatu yang terlihat lebih indah, dan jauh lebih mudah, apakah engkau akan masih lagi menunggu?

*senyum satu garis*

aku percaya, dari satu sudut, kita boleh mencintai melalui dua cara; dengan berani atau dengan melepaskan. Dan belum pernah kutemui kesesalan untuk keduanya. Untuk kali ini, aku hanya ingin mencintai dengan berani. 
Berani untuk berharap dengan segala kemungkinannya. 
Berani untuk setia biarpun setia ku pernah dikhianati. 
Berani untuk merindu dengan segala kelelahannya.
Berani untuk mencintai dengan sepenuhnya.

Keberanian ku adalah Dia. 

maka Tuhan, izinkan aku berani. Seperti nama ku yang pernah dilahirkan Srikandi - Nusaibah Binti Kaab





"menunggu akan membuat sesuatu menjadi semakin berharga"




Wednesday, July 29, 2015

Terangi malam ku dengan syair indahMu, Menenun kasih dalam sepi yang terasing _Potret




بسم الله الرحمن الرحيم








Pertama . yang mencuri pandang ku pada lagu ini adalah; Liriknya.


Sungguh ada Tuhan yang mengindah susun katanya.
Ada Tuhan yang terlukis pada potret maksudnya.


Corong radio terasa asing bagiku. Hampir sahaja aku menukar FM, lalu kata kata ini mengusap lembut pendengaranku, membuka mata hati ku;

"Terangi malam ku dengan syair indahMu
Menenun kasih dalam sepi yang terasing
Saat Kau pergi lemasku bila tiadaMu"


Perlahan menyisir satu per satu.

and Allah, I found You.

Seperti melihat senja berlagu warna, tatkala Syawal mula bersuara,
Seperti merasa hujan mengalun subuh, lerai titisnya bersahaja.
Seperti merasakan sesuatu yang memang tiada kata tercipta untuknya.

Hanya dengan menjadi dirinya sudah cukup sempurna mendefinisi.






-HandsDown-
adakah potret ku sudah cukup indah bagiMu?

















Tuesday, July 14, 2015

Karena kita tak pasti sama ada kita akan bertemu lagi Ramadhan tahun hadapan







بسم الله الرحمن الرحيم





So today I received another rejection letter


I thought I'm getting used to it by now.

Guess I'm still human, and for that, I am grateful.

I should be. Shouldn't I?


---------------------------------------------------------------------------


dan pada suatu hari, berkata Elizabeth Gilbert;


"Your home is whatever in this world you love more than you love yourself. 
Your home is that thing to which you can dedicate your energies with such singular devotion that the ultimate results become inconsequential." 



Based on the written quote, she referred her 'home' to writing. Writing is her passion. Her great lifelong love and fascination. 

Profound indeed. 


There was once a person came to Ibnu Taymiyyah. The person asked him; "Which 'ibadah is best performed during Qiyamullail?"

Ibnu Taymiyyah said; "Generally, praying is the best act to be performed during Qiyamullail, followed by reading the Qur'an and then zikr."

Then he continued; "but try each one out, and see where your heart is. See which one you enjoy the most."


Secara hakikatnya, we are all designed to worship Allah. Cuma arah dan cara kita sahaja yang berbeza beza. Do you know that there is a taste of paradise in this life? It is when you do something that helps you feel closer to Allah Subhaanahuwata'ala.

Just like through Qiyamullail, we search for our connection with Allah, begitu juga dalam tiap nafas, tindakan, kata kata kesaharian kita.

Because each one of us has a created passion made by Allah and only for Allah. It is the biggest secret that Allah had put inside us. We just have to figure it out -- what brings us home.

It can be in a form of writing like Elizabeth, or maybe drawing, teaching, cooking, treating patients, fixing things and list goes on.


Karena pada akhirnya, hidup kita, mati kita hanya semata karena Allah ta'ala


For most of the time I am scared. I am scared of many many things. Because life promises failures, and some other times, achievements. But as long as I know how to find my way back home, I can assure myself that it is all going to be okay, inshaAllah.



-HandsDown-
pertemukanlah









There; We met again







بسم الله الرحمن الرحيم



A few days before Ramadhan, I was sick. Not feeling well for weeks. Then I got a text from a friend. She invited me to join her to a seminar made by sisters exclusively for sisters.

mashaAllah, such a tempting invitation. But due to my physical being at that time, I was not able to confirm my ticket. The ticket was quite pricey, the later you purchase it, the more expensive it'll get. (you know, the early bird promotion method).

It was a heart breaking moment for me. I really felt the need to feed my soul. Pujuk hati, I told myself; tarbiyyah tidak semestinya berada dalam bilik kuliyyah.

Days passed. Hamdanlillah, I felt better during the day of the seminar. So that morning, I decided to show up without any ticket.

"nusaibah, ada tiket free ni. kebetulan ada kakak ni kawan dia tak dapat datang, dia nak let go satu tiket free."

"alhamdulillah. iyakah? saya on the way inshaAllah."

"yes. Rezeki awak hamdulillah :) nanti da sampai, awak contact number ni ya: **********"


And so that was how it went. With Allah's will, Dia mudahkan.

Cuma nak cerita, bila kita benar benar rasa hati kita sedang tenat, serta merta, hati kita akan tercari cari yang Maha Hidup lagi menghidupkan. Dan tatkala itu, selalunya Allah akan hadirkan pertolongan dari arah yang tidak di sangka sangka, Biarpun suatu saat, hati kita hanya ada sekelumit sahaja rasa yang mematikan, jangan sesekali abaikan rasa yang sedikit itu.



because He will keep your heart safe, 
He will keep it safe.


-HandsDown-
always.
Alhamdulillah 'ala kulli ni'mah, wa astaghfirullah







Monday, July 13, 2015

Of InshaAllah









بسم الله الرحمن الرحيم






Al-Kahf 23-24

Kalau nak cerita tentang tarbiyyah inshaAllah ku ini, derapnya halus.

"nafa' ili gaiy inshaAllah?"

"na'am"

"InshaAllah"

Terkedu. Perlahan meyambung; "InshaAllah."

Begitulah, dari pertanyaan pak cik teksi mau berhenti dimana, hingga sekecil kecil perkara, semuanya disertai dengan 'InshaAllah'. Mungkin bagi mereka itu perkara biasa. Boleh jadi adat sudah, namun bagi orang asing ini, itulah saat bermulanya Tarbiyyah inshaAllah. Setiap kali melewati ayat ini, rasanya persis melayar kembali detik detik menatap bumi anbiya', Ubat rindu.

'InshaAllah'

bukanlah perkataan yang bisa menjadi alasan untuk kita bermalas malasan, tidak mahu melakukan, dan tidak berusaha merealisasikan, Sebaliknya, bila kita menyatakan 'InshaAllah', bermaksud, kita meletakkan keyakinan bahawasanya; dengan izin Allah, apa sahaja boleh berlaku. Dengan izin Allah, kita akan berusaha dan segala usaha kita mendapat hasilnya.

'InshaAllah' adalah cara untuk kita bergantung harap dalam pada masa yang sama, ia juga kalimat yang bisa memberi kita kesungguhan untuk melakukan sesuatu. Iaitu dengan menyakini kata kata kita- InshaAllah :)




-HandsDown-

so for instance, when I asked you; 
Can you submit this tomorrow?

and you said;
InshaAllah :)

I'll take it as;
"With Allah's will,
I promise to try my best as best as possible, 
to submit this by tomorrow and 
I will try my best not to do things that can lead to an unfulfilled submission.

basically, inshaAllah is a promise to try our best.
And only when we've tried our best then, 
we ber tawakkal to Allah Subhaanahuwata'aala, inshaAllah




Jazakumullahukhair :)










Sunday, July 12, 2015

"Bagaikan camar pulang senja, patah sayapnya, tetap terbang jua."







بسم الله الرحمن الرحيم



"terlukis senyum di bibir lesu, tak siapa tahu hatimu." _inteam



"Mak cik dari mana?"

"Dari Thailand." Jawabnya tersenyum.

"Datang dari Thailand untuk iktikaf?"

"Iya, dengan satu family mak cik bawa."

"MashaAllah." Kagum.

"Dulu makcik belajar sini."

"Oh yeke. Saya pun sama, tapi tak adalah dulu sangat, tahun lepas saja baru. Since grad, memamg rasanya rugi kalau Ramadhan tak datang sini."

Senyum mengangguk. "Sedapkan do'a witr imam tadi? SubhanAllah" Matanya berkaca.

"Sedap." Sebak. Inspired. Mixed feelings. Do'a yang cukup indah, Seluruh do'anya hidup, 

"That's what I miss most about UIA."


---azan subuh---


Bersambung, inshaAllah :)










Wednesday, July 8, 2015

Pada kelembutanmu, terhimpun segala kekuatan







بسم الله الرحمن الرحيم


Sometimes, when people are tired, they just...

stop.


Tuhan, nusaibah penat. . .

can I stop?


Quitting is never a word written in the history of Saiyyidatina Nusaibah bint Kaab, bukankah?
Remember how she beautifully struggled. She fought hard. Remember how graceful she moved in those battle fields? She didn't stop. 

"I hope you remember, that she never stopped. She was a fighter, and so are you." 



Indeed. Pernah seseorang memberitahu ku, bahawasanya, nama adalah do'a. Bukan suka suka ibu ayah kita beri nama yang sebegitu dan sebegini cantik, melainkan dengan takdir Allah. 

Masihkah kau ingat, pagi rabu november, tatkala sekalian manusia syahdu melelapkan mata, masih ada mata mata yang sudi melihatkan mu, dan masih ada kudrat kudrat yang berusaha membuat nadi mu terus hidup. Dan dengan izinNya, kau terlahir ke dunia. 

Masihkah kau ingat kasihnya Tuhan memandang mu tatkala itu, dan mungkin sebelum penciptaan langit dan bumi, bulan dan bintang, adam dan hawa lagi, telah Dia ketahui tentang corak hidup mu, perjalanan jangka hayat mu yang bakal mendewasa di bumi ini. Bukankah Dia Al 'Alim? Lalu, pada saat itu, Dia namakan kamu dengan panggilan Nusaibah.

Sayangku, suatu saat, andai engkau merasa lemah, tak tertolongkan, dan mengira ngira waktu untuk kesakitan segera beransur pulih, kesusahan menjelma mudah, kesedihan terhapus detik oleh kebahagiaan, selaklah kembali helaian nama mu, karena padanya, selalu terletak do'a yang menjaga, menguat lalu, menginspirasi. Maka demi waktu, bersabarlah.


"...kemudian Dia berikan segala apa yang tidak pernah terlintas dalam benakmu."
_Sidi Rohimuddin



-HandsDown-





















Tuesday, July 7, 2015

"I'm not going to quit. I'm going home."_Elizabeth Gilbert





بسم الله الرحمن الرحيم


"Cinta sama ada akan menghilangkan diri kita
atau menemukan siapa kita." _Umairahshafei






dan cinta juga selalu menyatukan aku dengan tulisan. 


Lalu, tulisan sentiasa membawa ku pulang. 
Pulang pada apa adanya aku. 
Pulang kembali dekat pada diri ku. 
Pulang kembali ke tempat asal cinta. 


Mencari diri sendiri yang hilang, sejujurnya lebih rumit dari sangkaan. Bagaimana sesuatu yang terlalu dekat bisa jauh dihilang rasa, kabur ditelan masa. 



"For me, going home meant returning to the work of writing
because  writing was my home, because I loved writing more
than I hated failing at writing, which is to say that I loved
writing more than I loved my own ego, which is ultimately
to say that I loved writing more than I loved myself." _Elizabeth Gilbert



Belajarlah mencintai diri sendiri sebelum mencintai yang lain. Bagaimana mungkin untuk kita memberikan cinta tatkala dalam diri kita sendiri terletak kosong tiada langsung cinta? 


dan mencintai diri ku sendiri tentu sahaja memerlukan aku untuk mencintai Pemilik segala sosok diri, bukankah? Hakikatnya kita tidak pernah memiliki diri kita sendiri, apatah lagi memberinya pada orang lain, lalu untuk aku memiliki diri seseorang yang lain juga adalah suatu kemustahilan.

Hati kita. dengan cara apapun, dicantum menjadi satu, 
tetap akan sentiasa bernafas dalam beza beza warna.
dan karena itu, kita adalah pelangi dan tidak semua sentiasa bisa melihat warna warna kita. 


kita adalah sembunyi dalam diri kita sendiri. 


-HandsDown-
the beating heart of sepuluh yang terakhir