Tuesday, January 16, 2018

Ukiran hasrat-hasrat ku dilangit, kini menjadi hujan (Part 1)










I write this slowly. Seperti perlahannya waktu saat menanti dirimu yang hilang, datang kembali.
Karena aku hanya ingin menulis dengan seluruh perasaan ku yang terserak. yang harus ku cari dari tiap nafasku yang terpendam hingga pada mimpi-mimpiku yang samar. Untuk ditatap dan diselami satu demi satu darinya. Maka bersabarlah pada tiap baris kata ku yang sunyi dan perlahan..

2004.

Melalui jalan semak samun ke sekolah selalu meresahkan. Tambah pula ada sosok lelaki yang tidak dikenali turut berjalan dibelakangku. Bertambah bingit pula resah ku. Langkah kaki dilajukan, sehingga hampir di penghujung jalan, aku terlihat kamu yang turut berjalan ke sekolah, berpakaian kemeja sukan biru. 'Budak sekolah juga. Kelihatan skema. Tentu tidak membahayakan', bisikku lagi. Perlahan resahku hilang, tidak setampil diriku yang sibuk memanjangkan langkah ku untuk mengejar langkah mu yang laju agar aku tidak ketinggalan dibelakang sendirian. Mungkin kamu merasakan aku menjengkelkan lalu kamu menjeling sedikit kebelakang. Aku cemas, 'ah sudah, dia perasan aku ikut dia ke'. Serentak aku berjalan lebih laju meninggalkan mu pula dibelakang. Lega.

Murid sesi petang (tingkatan satu dan dua) dipanggil untuk ke tapak perhimpunan. Perlahan dan bermalas malasan aku dan teman-teman mengangkat beg serta buku, Longlai langkah kaki ku terhenti. Sekali lagi aku terlihat kamu, kini berpakaian seragam sekolah krim dan coklat. 'Oh, pengawas rupayanya'. I wanted to thank you. But for what? Berlalu saja.

Januari itu, tidak aku sadari tentang bagaimana kisah kita yang tertulis di langit, sudah mula terlerai jatuh membumi. Tentang bagaimana kita saling menemukan, lalu jatuh hati.









Pictures by Udyhajianur
Wedding Hall and Dais by Veillaris



No comments: